Menikah Yuk...

Friday, February 06, 2009 Posted In Edit This 1 Comment »
Pagi-pagi sekali, diseberang rumah saya terdengar suara orang yang sedang tes microphone, sampai-sampai Hafsah anak saya pun bertanya "Bunda, suara apa sih itu?", " Oh, itu suara orang lagi nyobain microphone". Ga lama, saya dengar senandung suling pasundan yang sangat khas. Sebenarnya suara itu memang sudah terdengar sejak tadi malam, tapi dengan volume yang lebih kecil.
Satu jam kemudian saya mendengar pembukaan ibu MC yang mempersilakan perwakilan pengantin pria untuk memulai. Oh ternyata, ada acara pernikahan. Sayangnya rumah saya terpisah tembok, sulit bagi saya melihat ke tempat acara. Walau begitu, saya turut 'mengikuti' jalannya upacara pernikahan tersebut, sejak akad hingga selesai, dan saat acara resepsi dimulai.
Ada perasaan yang berbeda yang saya dapati di momen tersebut. Entah mengapa, saya merasa sangat senang dan turut bahagia dengan kelangsungan pernikahan tersebut. Padahal sering saya melewati bahkan mendatangi acara pernikahan tapi bagi saya biasa saja. Namun yang ini, walaupun tidak menghadiri secara langsung, saya merasakan sesuatu yang spesial.
Yah tiba-tiba saja, memori saya mengingat kembali artikel di kompas (online) beberapa hari lalu (tentang seorang wanita yang menulis kondisi riil aktivitas cybersex yang dilakukannya tanpa malu-malu), kemudian saya menimbang-nimbang kondisi zaman sekarang ini, khususnya fenomena yang ada di Indonesia.
Ternyata, memang layak pesta pernikahan tetangga saya tadi patut saya syukuri, karena saya khawatir kedepannya 'tradisi' menikah lambat laun menghilang dari Indonesia, dan berubah menjadi tradisi ala western. Dimana, menikah sudah tidak memiliki tempat sakralnya, dimana menikah bukanlah opsi yang wajib dalam hubungan paling dekat antara wanita dan laki-laki, dan bahwa menikah mungkin akan menjadi sesuatu yang asing ditengah masyarakat kedepannya, entah di masa anak-anak saya besar nanti, atau cucu-cucu saya, atau buyut-buyut saya, wallahualam (semoga saja tidak). Namun jika penurunan akhlak dan moral terus mengalami kemerosotan, dan jika orang tua sudah tidak memiliki kontrol yang semestinya kepada anak-anaknya, keburukan dan kehancuran itu suatu keniscayaan.
So, buat yang merasa mudi dan merasa muda, segerakanlah menikah, sesungguhnya menikah itu adalah anugerah. Engkau tidak lagi berjalan sendiri di dunia ini. Ada ikatan, komitmen, proses untuk menjadi, yang sesungguhnya semua itu adalah karunia dan nikmat.

Tambahan: Senandung pasundan itu masih terdengar hingga malam ini. Sekaligus merasa turut bahagia dengan acara lamaran adik saya esok hari. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan.

1 komentar:

Anonymous said...

hayuuuk...
insyaAlloh :)